25 Februari 2013

Dandelion....

Bunga itu masih tumbuh di bukit kenangan kita. Mereka tumbuh berkelompok menjadi satu kesatuan yang elok dipandang. Putih. Suci. Dan indah.

Bunga itu kecil. Tapi indah. Aku bahkan masih terus mengagumi kemungilan fisik mereka. Hingga saat ini. Terhitung sejak pertemuan pertama kita kala itu. Kau ingat? 5 tahun yang lalu.

Mereka terlihat rapuh, seolah butuh perlindungan. Itukah sebabnya mereka hidup berkelompok? Melindungi satu sama lain? Seperti kita. 4 tahun yang lalu.



Kau tahu? Mereka mengingatkanku akan kita. Kita yang dulu. Kita yang masih bersama. Kita yang saling menjaga. Kita yang saling mengasihi, menyayangi. Kita yang menggenggam dunia bersama. Yah, kita yang dulu.

Dandelion. Bunga kenangan kita.  Bunga yang menyatukan setiap elemen bracts yang dimilikinya. Dan mereka pulalah, bunga yang membiarkan elemen-elemen itu pergi dengan suka relanya karena usikan angin.

Bolehkan aku mengibaratkan kita sebagai Dandelion? Bukan tanpa alasan. Aku menganggap segalanya yang terjadi pada kita persis seperti kehidupan mereka. Mulanya tumbuh bersama. Hidup bersama. Dan menjadi indah bersama-sama. Tapi kemudian kita terpisah. Berpencar. Padahal hanya karena hembusan angin.

Tapi kupikir aku berubah pikiran. Pada kenyataannya kita tak seindah Dandelion. Kita tak selembut mereka. Diantara kita selalu ada duru-duri egoisme, yang merusak dan saling melukai. Jika ada, mungkin aku lebih setuju jika kita diibaratkan sebagai........Dandelion Berduri.

Padahal mereka hanya bunga liar.  Tapi kenapa mereka begitu indah? Mereka terlalu indah untuk disebut liar. Kelembutan para bracts yang mereka miliki tak sejalan dengan takdir mereka sebagai bunga liar.

Pada ujungnya, keliaran merekalah yang sukai semua orang, termasuk aku. Mereka liar, tapi menenangkan si pengagum. Bagiku, mereka adalah simbol romantisme nyata. Tak hanya ada kesenangan dan kepedulian semata, tapi juga kesedihan dan pengorbanan.. Itu kan romantisme?

Aku menyebut Dandelion. Tapi kau justru menyebut Tanpopo. Aku ingat. Saat itu kita bertengkar mempermasalahkan nama mereka. Padahal, kedua nama itu bermakna sama. Dan jika aku pikir sekarang, kita terlalu banyak mempermasalahkan perbedaan yang sepele. Iya kan? Jika kutanya, itukah alasan kenapa kita berpisah sekarang, kau akan menjawab apa? Apakah alasan diatas yang kau berikan?

Sejujurnya aku sedikit kecewa akan apa yang terjadi pada kita saat ini. Kita lebih baik dari mereka. kita lebih sempurna dari pada mereka. Tapi kenapa justru kita yang kalah, bahkan sebelum segalanya dimulai? Lemahkan kita?

Dandelion itu masih ada. Bahkan tumbuh semakin giat. Para bracts bergirilan meninggalkan induk mereka. Dan mereka terus terbang sejalan dengan hembusan angin tersebut. Mereka membawa benih-benih romantisme yang akan menumbuhkan penerus mereka, disegala tempat persinggahan yang mereka jumpai. Mengantarkan senyuman setiap Pengagum saat mereka mulai tumbuh kembali. Dan terbang kembali....


Dandelion......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar